Mengenal Sejarah dan Perkebunan Karet PTPN I

Kebun Karet Ketahun Bengkulu
Kebun Karet di PTPN I Regional 7 Unit Ketahun

Oleh: Siti Rubaidah, M. Pd – Karyawan Head Office Jakarta

Karet alam bukan tanaman asli Indonesia. Tanaman ini merupakan salah satu komoditas utama subsektor perkebunan di Indonesia dan memiliki sejarah panjang sejak masa kolonial hingga akhirnya tanaman karet menjadi tanaman perkebunan komersil. Meskipun perkembangan tanaman karet di Indonesia cukup lambat daripada tanaman lain seperti kopi dan teh, namun tanaman ini berhasil menjadi komoditas perkebunan unggulan hingga saat ini. Sobat Planters penasaran? Simak sejarah tanaman karet di Indonesia, yuk!

Pada tahun 1864 seorang bernama Hofland membawa dan memperkenalkan tanaman karet kepada masyarakat sebagai satu jenis tanaman koleksi di Kebun Raya Bogor. Selanjutnya, tanaman karet mulai dibudidayakan sebagai tanaman perkebunan komersil. Daerah Pemanukan dan Ciasem, Jawa Barat menjadi daerah pertama uji coba penanaman karet. Saat itu, spesies Ficus Elastica atau karet rembung adalah jenis karet yang pertama kali diujicobakan.

Tanaman karet Hevea Brasiliensis pertama kali diperkenalkan ke wilayah Asia Tenggara oleh bangsa Eropa pada akhir abad ke-19. Tanaman karet jenis ini selanjutnya di tanam di Sumatera bagian timur pada tahun 1902 dan di Jawa pada tahun 1906. Perkembangan perkebunan karet di Indonesia tumbuh pesat pada awal abad ke-20, seiring meningkatnya permintaan global terhadap karet alam untuk industri otomotif -terutama ban kendaraan- di Eropa dan Amerika.

Perkebunan karet swasta dan milik kolonial berkembang luas di Sumatera, Kalimantan, dan Jawa. Hingga pada puncaknya tahun 1930-an, Indonesia menjadi salah satu produsen karet alam terbesar di dunia. Bahkan setelah era kolonial berakhir, karet tetap menjadi komoditas penting dalam neraca ekspor Indonesia. Pada tahun 1960-an, pemerintah Indonesia membentuk sistem klasifikasi mutu nasional yang dikenal sebagai Standard Indonesia Rubber (SIR) dan terus disempurnakan untuk menyesuaikan dengan standar industri global.

Saat ini, Indonesia merupakan satu dari tiga produsen karet terbesar di dunia. Karet alam Indonesia diekspor ke berbagai negara, terutama ke Jepang, Amerika Serikat, China, dan negara-negara Uni Eropa. Karet alam Indonesia tidak hanya digunakan untuk pembuatan ban saja, tapi karet juga banyak diproses untuk produk rumah tangga, bahan konstruksi, bahan kemasan, perhiasan, elektronik serta produk kesehatan. Dengan warisan sejarah yang panjang, kontribusi yang besar serta tantangan yang kompleks komoditas karet tetap menjadi bagian penting dari identitas agrobisnis di pasar global.

Komoditas Karet PTPN 1

Karet merupakan salah satu komoditas yang dikelola langsung oleh PT Perkebunan Nusantara I (PTPN I). Pada tahun 2025, luas areal tanaman karet yang dimiliki oleh PTPN I seluas  82.392,97 hektar. Terdiri dari Tanaman Menghasilkan: 56.414,23 hektar, Tanaman Belum Menghasilkan: 4.655,00 hektar, Tanaman Ulang: 1.478,86, Tanaman Tidak Produktif/Lancuran: 19.711,91, dan Pembibitan: 132,97 hektar.

Kebun karet milik PTPN 1 tersebar di Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Lampung, Sumatera Selatan, Bengkulu, Sulawesi Tengah dan Maluku terdiri dari:

  • Regional 2 terdiri dari 9 kebun di Jawa Barat, yaitu: Cibungur, Pasir Badak, Cikaso Agrabinta, Cukumpay, Jalupang, Miramare, Bunisari Lendra, Bagjanegara, dan Batulawang Cikupa.
  • Regional 3 terdiri dari 11 kebun di Jawa Tengah : Warnasari, Kawung, Krumput, Blimbing, Siluwok, Sukamangli, Merbuh, Ngobo, Getas, Batujamus, dan Balong.
  • Regional 5 terdiri dari 15 kebun di Jawa Timur, terdiri dari: Pasewaran, Sungai Lembu, Sumber Jambe, Kalikempit, Kendeng Lembu, Malangsari, Sumber Tengah, Glantangan, Kalisanen, Banjarsari, Zeelandia, Gunung Gambir, Pancursari, Ngrangkah Pawon, dan Tretes.
  • Regional 7 terdiri dari 11 kebun di Lampung, Sumetera Selatan dan Bengkulu, yaitu: Kedaton, Bergen, Way Berulu, Way Lima, Tulung Buyut, Musilandas, Tebenan, Beringin, Senabing, Padang Pelawi, dan Ketahun.
  • Regional 8 terdiri dari 2 kebun, yaitu kebun Beteleme (Sulawesi Tengah) dan kebun Awaya/Telpaputih (Maluku).

Adapun produk karet di PTPN 1 adalah: RSS I, RSS II, RSS III, Cutting, SIR 3L, SIR 3WF, SIR 20, dan Brown Gape/TBC. Produk karet alam produksi PTPN 1 telah mendapatkan berbagai sertifikasi  seperti ISO 9001:2015, ISO 14001:2015, RubberWay dan EcoVadis. Hal ini menunjukkan  bahwa PTPN Group telah melakukan praktik-praktik budidaya karet alam yang berkelanjutan. Sebagai salah satu produk unggalan, karet alam merupakan komoditas penyumbang devisa non migas Indonesia dan telah diekspor ke negara tujuan seperti Amerika Serikat, China, India dan Eropa.

Bagikan Berita

Facebook
X
WhatsApp
Email
Print