Regional 8
Profil Regional 8
Sejarah Regional
Periode Nasionalisasi (1930-1958)
Periode nasionalisasi PTPN XIV terjadi pada Desember 1957 – awal 1958, saat pemerintah Indonesia mengambil alih seluruh aset perkebunan Belanda di Sulawesi akibat ketegangan politik Indonesia–Belanda. Aset ini kemudian dikelola oleh Perusahaan Perkebunan Negara (PPN), sebelum mengalami beberapa reorganisasi hingga resmi menjadi PT Perkebunan Nusantara XIV pada 11 Maret 1996.
Periode Penggabungan (1996-2014)
PT Perkebunan Nusantara XIV didirikan pada 11 Maret 1996 berdasarkan PP No. 19 Tahun 1996 tanggal 14 Februari 1996 tentang Peleburan PT Perkebunan XXVIII (Persero), PT Perkebunan XXXII (Persero), PT Bina Mulya Ternak (Persero) menjadi PT Perkebunan Nusantara XIV (Persero), termasuk eks proyek-proyek pengembangan PT Perkebunan XXIII (Persero) di Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah dan Sulawesi Tenggara. Pendirian ini dituangkan dalam Akta Pendirian PT Perkebunan Nusantara XIV (Persero) Nomor 47 tanggal 11 Maret 1996 dibuat oleh Notaris Harun Kamil, SH yang telah mendapat pengesahan dari Menteri Kehakiman Republik Indonesia Nomor C2-9087.HT.01.01 tahun 1996 tanggal 24 September 1996 (Berita Negara RI Nomor 81 tanggal 08 Oktober 1996, tambahan Nomor 8678).
Periode Holding Perkebunan Nusantara (2014-2023)
Berdasarkan PP No. 72 Tahun 2014, status PTPN VII berubah dari BUMN menjadi Perseroan Terbatas di bawah PT Perkebunan Nusantara III (Persero). Perubahan anggaran dasar terakhir ditetapkan melalui Akta Notaris Nanda Fauz Iwan No. 16 tanggal 25 Juli 2019 dan disahkan Menteri Hukum dan HAM RI melalui SK No. AHU-0056472.AH.01.02.2019 tanggal 23 Agustus 2019.
Wilayah kerja mencakup tujuh provinsi—Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Utara, Sulawesi Tenggara, Maluku, Maluku Utara dan Nusa Tenggara Timur—dengan fokus pada agribisnis dan agroindustri untuk menghasilkan produk berkualitas, mendukung pembangunan nasional, dan meningkatkan nilai perusahaan.
Periode Legal Day One PTPN I (2023-sekarang)
Berdasarkan Akta Notaris Nanda Fauz Iwan SH, MKN Nomor 9 Tanggal 01 Desember 2023 No. AHU-AH.01.09-0191443 mengenai penggabungan perseroan bahwa PTPN II, PTPN VII, PTPN VII, PTPN IX, PTPN X, PTPN XI, PTPN XII dan PTPN XIV telah bergabung ke dalam PTPN I untuk menjadi Sub-Holding Supporting Co. Status PTPN XIV sendiri pasca penggabungan menjadi PTPN I Regional 8.
Board of Region Management
Produk & Bisnis
Komoditi
PTPN I Regional 8 mengelola beberapa komoditas perkebunan meliputi Karet, Kelapa, Kakao, dan Pala, serta usaha Peternakan.
Luas areal konsesi 105.650 ha, luas tanaman kelapa sawit ±58.000 ha (terdiri dari Kebun Luwu I, Luwu II, Keera-Maroangin, Asera, dan lainnya), luas tanaman karet 2.560 ha, luas tanaman tebu ±28.592 ha (Kebun Bone, Camming, dan Takalar), serta luas tanaman kelapa, kakao, dan pala ±9.381 ha.
Saat ini, pengelolaan kelapa sawit dijalankan melalui skema Kerja Sama Operasional (KSO) dengan PTPN IV, sementara komoditas tebu dikelola melalui KSO dengan PT Sinergi Gula Nusantara (SGN).
Untuk komoditas kelapa, kakao, dan pala, PTPN I Regional 8 membudidayakannya di Kebun Awaya di Maluku, yang memiliki potensi unggul baik untuk pasar domestik maupun ekspor.
Produk Hilir
PT Perkebunan Nusantara I Regional 8 memproduksi dan memasarkan beragam komoditas perkebunan unggulan yang memenuhi standar mutu nasional maupun internasional.

Karet Kopra
Kelapa kopra dari Unit Awaya/Telpaputih diolah dari buah kelapa pilihan yang dikeringkan hingga mencapai kadar air sesuai standar mutu yang ditetapkan. Kopra ini menjadi salah satu komoditas andalan, dihasilkan dari perkebunan kelapa milik Regional 8, yang memiliki kualitas tinggi dan siap dipasarkan untuk memenuhi kebutuhan industri pengolahan minyak kelapa maupun produk turunannya.

Kelapa Kupas
Kelapa kupas dari Unit Mira dihasilkan dari buah kelapa segar yang telah dikupas kulit luarnya, sehingga siap untuk diolah lebih lanjut sesuai kebutuhan. Produk ini menjadi salah satu komoditas unggulan Regional 8 di Provinsi Maluku, dengan kualitas terjaga dan cocok untuk memenuhi permintaan pasar domestik maupun industri pengolahan berbahan baku kelapa.

Thin Brown Crepe (TBC)
Thin Brown Crepe (TBC) adalah salah satu jenis produk karet olahan yang dihasilkan melalui proses penggilingan dan pengasapan lateks karet hingga membentuk lembaran tipis berwarna cokelat. Produk ini memiliki mutu dan elastisitas yang baik, serta digunakan sebagai bahan baku dalam berbagai industri karet. TBC merupakan salah satu komoditas yang dihasilkan Regional 8, dengan kualitas yang memenuhi standar pasar domestik maupun internasional.
Press Release

-
Jl. Urip Sumoharjo No. 72-76, Makassar, Sulawesi Selatan, 90231
(Eks Kantor Direksi PTPN XIV) - 0411 444830
- skrh_reg8@ptpn1.co.id
- @ptpni_regional8
- @ptpni_regional8
- PTPN I Regional 8

Maalun Lamau
(Region Head)
Lahir di Buton pada 8 Desember 1969, Maalun Lamau memiliki pengalaman panjang di bidang keuangan, akuntansi, dan manajemen operasional di industri perkebunan.
Memulai karier profesional di lingkungan PTPN, beliau pernah menjabat di berbagai posisi strategis, termasuk di bidang akuntansi, keuangan, serta manajemen aset. Berkat keahliannya dalam pengelolaan keuangan perusahaan dan optimalisasi sumber daya, Maalun Lamau dipercaya untuk memimpin berbagai unit kerja penting.
Pengalaman tersebut membawanya menempati posisi Kepala Bagian Sekretariat Perusahaan di Kantor Direksi PTPN XIV, sebelum akhirnya diamanahkan sebagai Plt. Region Head PTPN I Regional 8. Dalam kepemimpinannya, beliau berkomitmen untuk mendorong efisiensi operasional, meningkatkan produktivitas, dan memperkuat daya saing perusahaan di sektor perkebunan nasional.

Misran
(SEVP Operation)
Lahir di Petuaran pada 27 November 1979, lulusan Sarjana Pertanian dari Universitas Sumatera Utara dan Magister Manajemen dari Universitas Mercu Buana, yang memiliki pengalaman lebih dari dua dekade di bidang operasional, manajemen perkebunan, dan pengelolaan sumber daya manusia di industri perkebunan kelapa sawit.
Mengawali karier dari level Asisten Tanaman pada tahun 2006, Misran terus mengembangkan kompetensinya hingga dipercaya memimpin berbagai unit strategis, mulai dari Manajer Kebun, General Manager, hingga Direktur di anak perusahaan PTPN. Keberhasilan beliau mencakup peningkatan produktivitas, perbaikan kinerja keuangan, dan transformasi budaya kerja di berbagai unit yang dipimpinnya.
Beliau pernah menjabat sebagai Kepala Bagian SDM, Kepala Divisi Tanaman, dan Kepala Divisi Sekretariat Perusahaan di PTPN III (Holding Perkebunan). Pada 2025, dipercaya menjadi Senior Executive Vice President Operation di PTPN I, dengan tanggung jawab menyusun dan mengawal rencana strategis operasional tanaman, mendorong efisiensi, serta memastikan produktivitas melebihi target yang ditetapkan.